https://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/issue/feed Jurnal Kimia dan Rekayasa 2024-02-18T09:19:25+00:00 Ir. Dewi Astuti Herawati, ST., M.Eng. dewitkusb@gmail.com Open Journal Systems <p align="justify"><span lang="en"><strong>Jurnal Kimia dan Rekayasa (J.Kireka)</strong> merupakan jurnal hasil penelitian laboratorium, studi lapangan, studi kasus, telaah pustaka yang diterbitkan oleh Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi pada bulan Juli 2020. Jurnal ini diterbitkan 2 (dua) kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Januari dan Juli. Bidang kajian yang termuat dalam Kimia dan Rekayasa adalah bidang Kimia (Kimia, Biokimia, Analisis Kimia, Kimia Material, Kimia Lingkungan) dan bidang Rekayasa (Rekayasa Kimia, Rekayasa Industri, Bioproses dan Teknologi, Rekayasa Lingkungan dan Rekayasa Pangan).</span></p> https://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/76 Literature Study Graphic Crystallization Of Hemihydrate And Dehydrate Reactions Of Phosporic Acid IIIA Unit Pt Petrokimia Gresik 2024-02-08T14:08:52+00:00 Rizky Ichwan rizkyichwan450@gmail.com Delfian Lutfiananda rizkyichwan450@gmail.com <p><em>In the wet process, phosphoric acid production uses sulfuric acid as a penetration medium for phosphate rock. This process produces a significantly greater gypsum phosphate byproduct than the phosphoric acid product. In the wet process, hemihydrate reactions and dehydration reactions occur. The hemihydrate reaction and dehydration reaction are reactions between phosphate rock and sulfuric acid in the pre-mixer, digester and hydration tank. The approach to the crystallization process of phospho gypsum can be depicted on the crystallization graph between %CaO and %SO<sub>4</sub>. Data on the phosphoric acid production process at PA IIIA PT Petrokimia Gresik was taken in the period January – December 2022 using Egyptian, Jordan, and Moroccan phosphate rock and in August 2023 using Algerian type phosphate rock based on predetermined product parameters. By entering several production rate parameters, the results obtained show that there are visual differences in the crystallization graph of different phosphate rock raw materials.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong><br>Dalam <em>wet process</em> produksi asam fosfat menggunakan asam sulfat sebagai media penetrasi terhadap <em>phosphate rock</em>. Proses ini menghasilkan produk samping <em>phospo gypsum</em> secara signifikan lebih besar daripada produk asam fosfat. Dalam <em>wet process </em>terjadi reaksi <em>hemihydrate </em>dan reaksi <em>dehydrate</em>. Reaksi <em>hemihydrate</em> dan reaksi <em>dehydrate</em> merupakan reaksi antara <em>phosphate rock</em> dengan asam sulfat di bagian <em>pre-mixer, digester</em>, dan tangki hidrasi. Pendekatan proses kristalisasi <em>phospo gypsum</em> dapat digambarkan pada grafik kristalisasi antara %CaO dan %SO<sub>4</sub>. Data proses produksi asam fosfat di PA IIIA PT Petrokimia Gresik diambil pada rentang bulan Januari – Desember 2022 yang memakai <em>phosphate rock</em> jenis Mesir, Jordan, dan Maroko dan bulan Agustus 2023 yang memakai <em>phosphate rock</em> jenis Aljazair berdasarkan parameter produk yang sudah ditentukan. Dengan memasukkan beberapa parameter rate produksi didapatkan hasil bahwa ada perbedaan secara visual dalam grafik kristalisasi dari perbedaan bahan baku <em>phosphate rock</em>.</p> 2024-01-16T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Kimia dan Rekayasa https://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/77 Methylene Blue adsorption utilizing kluwak shell carbon adsorbent 2024-02-08T14:24:11+00:00 HR Yuliani yulianihr@poliupg.ac.id Dian Ranggina yulianihr@poliupg.ac.id Nurul Fadhilah Sulham yulianihr@poliupg.ac.id Mifthahul Janna yulianihr@poliupg.ac.id Aisyah yulianihr@poliupg.ac.id Nayla yulianihr@poliupg.ac.id Rezky Ananda yulianihr@poliupg.ac.id A. Isyana Sabillah yulianihr@poliupg.ac.id Dewi Astuti Herawati yulianihr@poliupg.ac.id <p><em>Kluwak shell carbon (KTK) is an eco-friendly adsorbent made from kluwak fruit biomass. The objective of this study is to investigate the impact of physical activation on KOH-activated kluwak shell carbon (KTKOH) within the temperature range of 500 - 900 <sup>o</sup>C, and to compare it with H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>-activated KTK (KTKH<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) and KTK. The performance of the adsorbent was evaluated by determining the maximum adsorption capacity (qm) of Methylene Blue (MB) using the Langmuir equation and the surface area of the Brunnaeur Emmet and Teller (BET) method. The Methylene Blue batch system was subjected to isotherm adsorption for 90 minutes, with a stirring speed of 220 rpm, 0.25 grams of adsorbent, and 50 ml at 6 concentrations of MB ranging from 60 to 200 ppm. The study found that the adsorbent performance can be improved by combining chemical and physical activation at temperatures ranging from 500 to 800 <sup>o</sup>C. KTKOH and KTKH<sub>3</sub>PO<sub>4</sub> at 700 <sup>o</sup>C increased the adsorbent's qm and surface area. The maximum adsorption capacity and surface area were achieved of KTKOH700 and KTKH<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>700 at a higher temperature than KTK. The study found that the optimal condition for adsorption capacity was achieved for KTKOH700, resulting in a maximum adsorption capacity value of 44.47 mg/g and a surface area of 269.74 m<sup>2</sup>/g, KTKH<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>700 activation resulted in a qm of 59.55 mg/g and A of 427.26 m<sup>2</sup>/g. The kluwak shell carbon had a maximum adsorption capacity value of 30.75 mg/g and a surface area of 166.21 m<sup>2</sup>/g.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong><br>Karbon tempurung kluwak (KTK) merupakan adsorben ramah lingkungan yang berasal dari biomassa buah kluwak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivasi fisika pada karbon tempurung kluwak teraktivasi KOH (KTKOH) kisaran suhu 500 – 900 <sup>o</sup>C dan membandingkan dengan KTK teraktivasi H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub> (KTKH<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) dan KTK. Kinerja adsorben ditentukan melalui penentukan kapasitas adsorpsi maksimum (qm) Methylene Blue (MB) menggunakan persamaan langmuir dan luas permukaan metode Brunnaeur Emmet and Teller (BET). Isotherm adsorptionMethylene Blue sistem batch selama 90 menit, kecepatan pengadukan 220 rpm, 0.25-gram adsorben dan 50 ml pada 6 konsentrasi MB range 60-200 ppm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi aktivasi kimia dan aktivasi fisika pada suhu 500 – 800 <sup>o</sup>C dapat meningkatkan kinerja adsorben. Aktivitasi KTKOH dan KTKH<sub>3</sub>PO<sub>4</sub> pada 700<sup>o</sup>C juga meningkatkan qm serta luas permukaan adsorben. Kapasitas adsorpsi maksimum dan luas permukaan untuk KTKOH700 dan H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>700&nbsp; lebih tinggi dibandingkan KTK. Kondisi optimal penelitian bahwa kombinasi aktivasi KTKOH700 memiliki nilai kapasitas adsorpsi maksimum 44.47 mg/g dengan luas permukaan 269.74 m<sup>2</sup>/g dan KTKH<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>700 didapatkan qm sebesar 59.55 mg/g serta A seluas 427.26 m<sub>2</sub>/g. Nilai qm 30.75 mg/g dan A sebesar 166.21 m<sup>2</sup>/g untuk karbon tempurung kluwak.<em><br></em></p> 2024-01-16T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Kimia dan Rekayasa https://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/78 Activated Carbon from Coconut Shell as an Adsorbent for Refining used Cooking Oil 2024-02-08T14:37:02+00:00 Afia Nita Batdjedelik afianitabatdjedelik7600@gmail.com Sumardiyono afianitabatdjedelik7600@gmail.com <p><em>Several previous studies have conducted detailed oil refining studies. Various adsorbent materials have selectivity in adsorbing components present in crude oil. In this study, coconut shell charcoal was used as a crude oil adsorbent. The active carbon industry in Indonesia is gaining rapid change. The reason is, the market demand that continues to increase either from inside or outside Indonesia. The increased use of activated carbon in the industry is due to increased use of activated carbon. Activated carbon is commonly applied in pharmaceutical, food, beverage, water treatment and chemistry. The purpose of this study was to determine the potential of coconut shells as activated carbon refining crude oil and to determine the characteristics of activated carbon shells after activation by phosphoric acid. The research methods in this study used literature review. The conclusion is that activated carbon from coconut shells has great potential to be used as an oil purification adsorbent. In addition, activated carbon from coconut shells after activation with phosphoric acid (H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) and test on activated carbon, it is characterized by the activated carbon of coconut shells. It has ash, water, carbon content and evaporating substances.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong><em><br></em>Beberapa penelitian sebelumnya telah melakukan studi pemurnian minyak jelantah. Berbagai bahan adsorben mempunyai selektivitas dalam mengadsorbsi komponen yang terdapat pada minyak jelantah. Pada penelitian ini digunakan arang tempurung kelapa yang diaplikasikan sebagai adsorben minyak jelantah. Industri karbon aktif yang berada di Indonesia memperoleh perubahan yang dapat dikatakan pesat. Pasalnya, permintaan pasar yang terus meningkat baik dari dalam ataupun dari luar Indonesia. Karbon aktif yang meningkat kebutuhannya terjadi karena meningkatnya pemakaian karbon aktif dalam industri. Karbon aktif secara umum diaplikasikan dalam dunia farmasi, makanan, minuman, pengolahan air dan kimia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi tempurung kelapa sebagai karbon aktif pemurnian minyak jelantah dan mengetahui karakteristik karbon aktif tempurung kelapa sesudah diaktivasi oleh asam fosfat. Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pelelitian literature review. Kesimpulan yang didapatkan yaitu karbon aktif dari tempurung kelapa memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai adsorben pemurnian minyak jelantah selain itu karbon aktif dari tempurung kelapa setelah diaktivasi dengan asam fosfat (H<sub>3</sub>PO<sub>4</sub>) dan dilakukan pengujian pada karbon aktif, didapatkan karakteristik dari karbon aktif tempurung kelapa yaitu memiliki kadar abu, kadar air, kadar karbon dan zat menguap.<em><br></em></p> 2024-01-16T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Kimia dan Rekayasa https://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/79 Effect of Activator Type and Concentration on Making Activated Carbon from Coconut Shell 2024-02-09T03:51:24+00:00 Wibiana Wulan Nandari naelyazabrinaa@gmail.com Naelya Zabrina naelyazabrinaa@gmail.com Michael Putra Sitta msitta8@gmail.com <p><em>As inhabitants of Indonesia, where abundant coconut plants thrive, our utilization of these plants, particularly the coconut itself, has not reached its full potential. Coconuts, especially their shells, possess numerous advantages, particularly in terms of their carbon content. This circumstance has prompted research into the production of activated carbon utilizing coconut shells as the primary material. The creation of activated carbon involves both physical and chemical activation processes. The physical activation entails carbonizing the coconut shell, while the chemical activation involves immersing the coconut shell charcoal in an activator solution. The selection of the activator substance holds significant importance in the activated carbon production. Hence, this academic paper aims to assess the impact of various chemical activators on achieving more efficient activated carbon. Following the comparison, it was observed that activators with hygroscopic properties could diminish water content and enhance absorption capacity. Simultaneously, the concentration of the activator substance exhibited a direct correlation with the produced ash content but an inverse relationship with the water content.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong><br>Manusia yang tinggal di Indonesia, yang dikenal dengan kelimpahan tumbuhan kelapa, belum sepenuhnya memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Tempurung kelapa, khususnya, memiliki sejumlah manfaat yang belum optimal dalam pemanfaatannya. Perhatian khusus diberikan pada kandungan karbon dalam tempurung kelapa, yang mendorong dilakukannya penelitian tentang pembuatan karbon aktif menggunakan bahan dasar ini. Proses pembuatan karbon aktif melibatkan aktivasi baik secara fisika maupun kimia. Aktivasi fisika terjadi melalui proses karbonisasi pada tempurung kelapa, sementara aktivasi kimia dilakukan dengan merendam arang tempurung kelapa menggunakan zat aktivator. Pemilihan jenis aktivator memiliki peran krusial dalam proses pembuatan karbon aktif, sehingga fokus karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh jenis aktivator kimia terhadap pembuatan karbon aktif secara optimal. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa jenis aktivator dengan sifat higroskopis dapat mengurangi kadar air dan meningkatkan daya serap karbon aktif. Sementara itu, konsentrasi zat aktivator berhubungan sejalan dengan kadar abu yang dihasilkan, namun berbanding terbalik dengan kadar air.</p> 2024-01-16T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Kimia dan Rekayasa https://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/80 Determination of Caffeine Levels in Jumbo Ice Tea Circulating on the Roadside of Solo City Using the UV-VIS Spectrophotometry Method 2024-02-18T09:19:25+00:00 Vika Mustika Amalia nailaazizunissa@gmail.com Amanda Silfiana nailaazizunissa@gmail.com Arlyta Putri Rahmawati nailaazizunissa@gmail.com Naila Azizunnisa nailaazizunissa@gmail.com Ariyanti Widya Khoirurrohmah nailaazizunissa@gmail.com <p><em>This study aims to determine the caffeine content in roadside iced tea drinks from brands. This caffeine works on adenosine receptors as an adenosine receptor antagonist which will have different effects on the type of receptor and the location of the receptor attached. The results of this experiment showed that the caffeine content in tea samples from brands X, Y, Z contained caffeine which met the requirements of SNI 01-7152-2006.</em></p> <p><strong>Abstrak<br></strong>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kafein pada minuman es teh pinggir jalan merk X, Y, Z yang ditetapkan pada metode Spektrofotometri UV-VIS berdasarkan nilai absorbansinya serta mengetahui cara kerja dari Spektrofotometer. Teh memiliki banyak manfaat, namun juga memiliki senyawa yang berdampak bagi tubuh yaitu senyawa kafein.&nbsp; Kafein ini bekerja pada reseptor adenosine sebagai antagonis reseptor adenosin yang akan memberikan efek berbeda pada jenis reseptor serta lokasi reseptor yang melekat. Hasil percobaan ini didapatkan bahwa kadar kafein pada sampel teh merk X, Y, Z mengandung kafein yang memenuhi persyaratan SNI 01-7152-2006.<strong><br></strong></p> 2024-01-16T00:00:00+00:00 Copyright (c) 2024 Jurnal Kimia dan Rekayasa