Jurnal Kimia dan Rekayasa http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka <p align="justify"><span lang="en"><strong>Jurnal Kimia dan Rekayasa (J.Kireka)</strong> merupakan jurnal hasil penelitian laboratorium, studi lapangan, studi kasus, telaah pustaka yang diterbitkan oleh Program Studi S1 Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Setia Budi pada bulan Juli 2020. Jurnal ini diterbitkan 2 (dua) kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Januari dan Juli. Bidang kajian yang termuat dalam Kimia dan Rekayasa adalah bidang Kimia (Kimia, Biokimia, Analisis Kimia, Kimia Material, Kimia Lingkungan) dan bidang Rekayasa (Rekayasa Kimia, Rekayasa Industri, Bioproses dan Teknologi, Rekayasa Lingkungan dan Rekayasa Pangan).</span></p> en-US dewitkusb@gmail.com (Ir. Dewi Astuti Herawati, ST., M.Eng.) togeltotok73@gmail.com (Sri Indarto, S.Kom.) Wed, 30 Jul 2025 00:00:00 +0000 OJS 3.2.0.2 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Analysis of Pb Metal Content in Tempeh Chips by Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) Method http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3176 <p><em>Tempeh chips are a popular soybean-based snack widely consumed by the public; however, they are potentially susceptible to contamination by heavy metals such as lead (Pb) during the production process. Pb exposure in food can pose serious health risks, making it essential to analyze Pb levels to ensure food safety. This study aims to determine the Pb content in tempeh chips using the Atomic Absorption Spectroscopy (AAS) method and to evaluate its safety based on the standards set by the Indonesian National Standard (SNI). The AAS method was employed to detect Pb concentrations in tempeh chip samples. The results showed that the Pb content in the samples was 0.029 mg/kg and 0.031 mg/kg, which are well below the maximum limit of 0.25 mg/kg as specified in SNI No. 2602-2018. Method validation indicated good linearity with an r² value of 0.9950 and acceptable precision with an RPD of 6.89%. Therefore, the AAS method is proven to be valid for analyzing Pb content in tempeh chips, and the tested samples are considered safe for consumption according to the applicable standards.</em></p> <p><strong>Abstrak<br></strong>Keripik tempe merupakan salah satu olahan kedelai yang digemari masyarakat luas, namun berpotensi tercemar logam berat seperti timbal (Pb) selama proses produksinya. Paparan Pb dalam makanan dapat membahayakan kesehatan, sehingga diperlukan analisis kadar Pb untuk menjamin keamanan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar logam Pb dalam keripik tempe menggunakan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) dan mengevaluasi keamanannya berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI). Metode SSA digunakan untuk mendeteksi kandungan Pb dalam sampel keripik tempe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Pb pada sampel keripik tempe adalah 0,029 mg/kg dan 0,031 mg/kg. Kadar ini masih di bawah batas maksimum yang ditetapkan oleh SNI No. 2602-2018, yaitu 0,25 mg/kg. Validasi metode analisis menunjukkan linieritas yang baik dengan nilai r<sup>2</sup> = 0,9950 dan presisi yang baik dengan %RPD = 6,89%. Dengan demikian, metode SSA terbukti valid untuk analisis kadar Pb dalam keripik tempe, dan sampel yang diuji aman untuk dikonsumsi sesuai dengan standar yang berlaku<strong><br></strong></p> Rayhani Rara Bahri, Miftahul Khair Copyright (c) 2025 Jurnal Kimia dan Rekayasa http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3176 Wed, 30 Jul 2025 00:00:00 +0000 Test of Fat Content in Flaxseed Sticks Using the Soxhlet Extraction Method http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3177 <p><em>The purpose of this study was to determine the fat content in flaxseed sticks using the soxhlet extraction method. Flaxseed is a plant that has many nutrients, including fat, protein, minerals, omega-3 fatty acids and so on. The many nutrients make flaxseed an alternative ingredient for food products such as snacks. Fat content testing is carried out because consuming foods that contain a lot of fat has a negative impact on health. The soxhlet extraction method is used starting with hydrolysis. After that, the sample is cleaned, dried, and extracted using n-hexane solvent. According to the SNI 2886:2015 standard for extrudate snacks, the analysis process is carried out. To test the precision, the study was carried out in duplicate. The fat content was calculated by gravimetry using the difference in flask mass. The results showed that each test had a fat content of 18,44% and 18,51%, with an average value of 18,48% and an RPD value of 0,3%, which met the maximum accuracy requirements of RPD &lt;= 5%. In addition, the research results showed that the fat content of flaxseed sticks was far below the maximum fat content limit for extrudate snacks set by SNI, which is 38%.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong><br />Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar lemak dalam stik biji rami dengan menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Biji rami adalah tanaman yang memiliki banyak nutrisi, termasuk lemak, protein, mineral, asam lemak omega-3 dan sebagainya. Banyaknya nutrisi yang terkandung menjadikan biji rami sebagai bahan alternatif produk pangan seperti makanan ringan. Pengujian kadar lemak perlu dilakukan karena mengonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak dapat berdampak buruk pada kesehatan. Metode ekstraksi soxhlet digunakan untuk mengukur kadar lemak, yang dimulai dengan tahap hidrolisis. Setelah itu, sampel dibersihkan, dikeringkan, dan diekstrak menggunakan pelarut n-heksana. Sesuai dengan standar SNI 2886:2015 untuk makanan ringan ekstrudat, proses analisis dilakukan. Untuk menguji presisi, penelitian dilakukan secara duplo. Kadar lemak dihitung dengan gravimetri menggunakan perbedaan massa labu sebelum dan sesudah ekstraksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing pengujian memiliki kadar lemak 18,44% dan 18,51%, dengan nilai rata-rata 18,48% dan nilai RPD 0,3%, yang memenuhi syarat ketelitian maksimal RPD &lt;= 5%. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lemak stik biji rami jauh di bawah batas maksimum kadar lemak makanan ringan ekstrudat yang ditetapkan oleh SNI, yaitu 38%. </p> Sofia, Rahadian Zainul Copyright (c) 2025 Jurnal Kimia dan Rekayasa http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3177 Wed, 30 Jul 2025 00:00:00 +0000 Analysis Of Biochemical Oxygen Demand (BOD) Levels In River Water Samples http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3178 <p><em>This study aims to analyze Biochemical Oxygen Demand (BOD) levels in river water samples as an indicator of organic pollution. The method used refers to SNI 6989.72:2009, with the testing procedure including incubation of samples for five days at 20°C ± 1°C after the addition of nutrient solution and microbial suspension. Dissolved oxygen (DO) levels were measured before and after incubation to determine the oxygen requirements of microorganisms in decomposing organic matter. The results showed that BOD values in the samples ranged from 1.8 mg/L to 5.94 mg/L. These values are still below the quality standard threshold set in Government Regulation No. 22 of 2021, which is 30.5 mg/L. Variations in BOD values between locations indicate different levels of organic pollution, influenced by organic matter concentration, microbial activity, and environmental conditions. Locations with high anthropogenic activity showed higher BOD values than areas with better water flow or minimal waste.&nbsp; These results indicate that the water quality at the research location is still relatively good, but regular monitoring is still needed to ensure the sustainability of the quality of water resources.</em></p> <p><strong>Abstrak</strong><em><br></em>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar BiochemicalOxygenDemand (BOD) pada sampel air sungai sebagai indikator pencemaran bahan organik. Metode yang digunakan mengacu pada SNI 6989.72:2009, dengan prosedur pengujian meliputi inkubasi sampel selama lima hari pada suhu 20°C ± 1°C setelah ditambahkan larutan nutrisi dan suspensi mikroba. Pengukuran dilakukan terhadap kadar oksigen terlarut (DO) sebelum dan sesudah inkubasi untuk menentukan besarnya kebutuhan oksigen yang digunakan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai BOD pada sampel berkisar antara 1,8 mg/L hingga 5,94 mg/L. Nilai-nilai ini masih berada di bawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021, yaitu 30,5 mg/L. Variasi nilai BOD antar lokasi menunjukkan tingkat pencemaran organik yang berbeda, dipengaruhi oleh konsentrasi bahan organik, aktivitas mikroorganisme, serta kondisi lingkungan sekitar. Lokasi dengan aktivitas antropogenik tinggi menunjukkan nilai BOD lebih besar dibandingkan daerah dengan aliran air lebih baik atau minim limbah. Hasil ini mengindikasikan bahwa kualitas air di lokasi penelitian masih tergolong baik, namun tetap diperlukan pemantauan berkala untuk memastikan keberlanjutan kualitas sumber daya air.<em><br></em></p> Della Safitri Copyright (c) 2025 Jurnal Kimia dan Rekayasa http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3178 Wed, 30 Jul 2025 00:00:00 +0000 Analysis of O3 and NH3 Gas Quality in Ambient Air at BSPJI Padang http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3179 <p><em>This study aims to analyze ambient air quality in the Padang Industrial Standardization and Services Center (BSPJI) environment with a focus on two main parameters, namely ozone (O<sub>3</sub>) and ammonia (NH<sub>3</sub>). O<sub>3</sub> is a photochemical oxidant that can cause respiratory problems and eye irritation, while NH<sub>3</sub> is a basic gas with a pungent odor that can have negative impacts on health and the environment. Sampling was carried out using the impinger method, while concentration analysis was carried out quantitatively using UV-Vis spectrophotometry with the neutral buffer potassium iodide (NBKI) method for O<sub>3</sub> and the indophenol method for NH<sub>3</sub>. The measurement results showed that the O<sub>3</sub> concentration at the two sampling points was 49.070 ug/Nm<sup>3</sup> and 28.943 ug/Nm<sup>3</sup>, respectively, while the NH<sub>3</sub> concentration was detected at 3.070 ug/Nm<sup>3</sup>. These values are below the ambient air quality standard threshold set by Government Regulation No. 41 of 1999 and SNI 19-7119.1-2005, indicating that air quality at the study site is still considered safe and has not been significantly polluted by these two parameters. This study emphasizes the importance of routine monitoring of ambient air quality as a preventive measure in maintaining public health and environmental sustainability.</em></p> <p><strong>Abstrak<br /></strong>Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas udara ambien di lingkungan Balai Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri (BSPJI) Padang dengan fokus pada dua parameter utama, yaitu ozon (O<sub>3</sub>) dan amonia (NH<sub>3</sub>). O<sub>3</sub> merupakan oksidan fotokimia yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan iritasi mata, sementara NH3 merupakan gas bersifat basa dengan bau menyengat yang dapat berdampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode impinger, sedangkan analisis konsentrasi dilakukan secara kuantitatif menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan metode neutral buffer kalium iodida (NBKI) untuk O<sub>3</sub> dan metode indofenol untuk NH<sub>3</sub>. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi O<sub>3</sub> pada dua titik pengambilan sampel masing-masing sebesar 49,070 ug/Nm<sup>3</sup> dan 28,943 ug/Nm<sup>3</sup>, sementara konsentrasi NH<sub>3</sub> terdeteksi sebesar 3,070 ug/Nm<sup>3</sup>. Nilai-nilai tersebut berada di bawah ambang batas baku mutu udara ambien yang ditetapkan dalam PP No. 41 Tahun 1999 dan SNI 19-7119.1-2005, sehingga kualitas udara di lokasi penelitian masih tergolong aman dan belum tercemar secara signifikan oleh kedua parameter tersebut. Penelitian ini menegaskan pentingnya pemantauan rutin kualitas udara ambien sebagai langkah preventif dalam menjaga kesehatan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan.<strong><br /></strong></p> Dola Dwi Putri, Minda Azhar Copyright (c) 2025 Jurnal Kimia dan Rekayasa http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3179 Wed, 30 Jul 2025 00:00:00 +0000 Test the vitamin A content in bulk palm cooking oil using the KCKT (High Performance Liquid Chromatography) method http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3180 <p><em>Palm cooking oil is one of the staple foodstuffs whose use cannot be separated from the community. Bulk palm cooking oil is one of the favorites among the public because the price is cheaper when compared to packaged cooking oil. Based on the Indonesian National Standard (SNI 7709:2019), palm cooking oil must have a minimum vitamin A content of 45 IU. This study was conducted with the aim of determining the level of vitamin A contained in bulk palm cooking oil. The analysis was carried out using KCKT with a UV-Vis detector at a wavelength of 328 nm. The test results obtained a standard vitamin A solution showing a retention time of approximately 10 minutes, resulting in a linear regression equation y = 2.7507x + 0.8148 with a correlation coefficient value (r = 0.999), which indicates a very strong linear relationship. Meanwhile, the test results of the sample solution did not produce a peak. This indicates that the vitamin A content in bulk palm cooking oil is below the detection limit or not detected at all. Compared to the quality requirements set by the Indonesian National Standard (SNI), bulk palm cooking oil does not meet the minimum vitamin A standards for palm cooking oil. Therefore, further fortification of bulk cooking oil is necessary to ensure nutritional content meets SNI requirements.</em></p> <p><strong>Abstrak<br></strong>Minyak goreng kelapa sawit merupakan salah satu bahan pokok pangan yang penggunaannya tidak bisa dilepaskan dari masyarakat. Minyak goreng kelapa sawit curah menjadi salah satu yang digemari oleh masyarakat karena harganya yang lebih murah jika dibandingkan dengan minyak goreng kemasan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 7709:2019), minyak goreng sawit harus memiliki kadar vitamin A minimal sebesar 45 IU. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar dari vitamin A yang terdapat pada minyak goreng kelapa sawit curah. Analisis dilakukan dengan menggunakan KCKT dengan detektor UV–Vis pada panjang gelombang 328 nm. Hasil pengujian larutan standar vitamin A menunjukkan waktu retensi sekitar 10 menit-an, menghasilkan persamaan regresi linear y = 2,7507x + 0,8148 dengan nilai koefisien korelasi (r = 0,999), yang menunjukkan hubungan linier yang sangat kuat. Sedangkan pada hasil pengujian larutan sampel tidak menghasilkan <em>peak. </em>Hal ini, mengidentifikasi bahwa kadar vitamin A pada minyak goreng kelapa sawit curah berada dibawah batas deteksi atau tidak terdeteksi sama sekali. Dibandingkan dengan syarat mutu yang ditetapkan oleh SNI, minyak goreng sawit curah tidak memenuhi standar minimum dari vitamin A pada minyak goreng sawit. Sehingga diperlukan adanya fortifikasi yang lebih terhadap minyak goreng curah untuk menjamin kandungan gizi yang sesuai dengan SNI<strong><br></strong></p> <p>&nbsp;</p> Olivia Regita Putri, Minda Azhar Copyright (c) 2025 Jurnal Kimia dan Rekayasa http://kireka.setiabudi.ac.id/index.php/kireka/article/view/3180 Wed, 30 Jul 2025 00:00:00 +0000